Sunday 14 November 2010

Qamish/Gamis & Cadar apakah hanya sebatas budaya Arab?

Suatu hari ada seseorang cendikiawan muslim ditanya tentang pakaian qamish dan cadar. dengan rangkaian teori dan istilah yang memukau, dengan gaya bahasa dan retorika yang mempesona. beliau menyimpulkan, bahwa pakaian-pakaian tersebut merupakan budaya Arab semata. dan tidak ada keharusan bagi kita untuk memakainya (tentu saja saat itu beliaupun mengenakan jas dan dasi yang rapi).



lebih jauh lagi, beliaupun menyampaikan salah satu alasannya berkenaan hipotesisnya itu. "Abu Jahal dan orang-orang kafir Qurays pun mengenakan pakaian qamish, jadi memakai qamish bukanlah suatu keharusan bagi kita" ungkapnya bersemangat."dan itu menandakan bahwa qamish bukanlah sunah Rosululloh SAW melainkan budaya pakaian Arab pada umumnya" lanjutnya meyakinkan.



begitu pun mengenai cadar atau hijab, beliau menyampaikan bahwa cadar/hijab telah ada sebelum zaman kepemimpinan Rosululloh SAW. bahkan para wanita orang-orang qurays pun dahulu kala mengenakan hijab/cadar. "jadi, cadar atau hijab pun merupakan bagian dari budaya Arab yang tidak ada keharusan untuk mengenakannya".

ada pula yang berpendapat bahwa pakaian tidaklah penting, yang terpenting adalah hatinya.dan masih banyak lagi pendapat lainnya yang tidak mungkin terangkum semua di sini.



itulah sebagian pendapat saudara kita berkenaan dengan qamish dan Hijab. dan jika kita mencari pendapat yang lain pun, niscaya kita akan lebih banyak mendapati pendapat yang kurang lebih seperti di atas, bahkan lebih meyakinkan lagi mungkin.



saya yang awam dan latar belakang pendidikan formal maupun pesantren yang rendah, hanya bisa bertanya di dalam hati dan mencurahkannya pada tulisan singkat ini.dengan penuh harap pada Allah SWT agar senantiasa mendapat ilmu dan petunjuk-Nya yang luas.

mengapa hanya karena unsur budaya lalu sebuah aturan tidak diterapkan?bukankah Abu Jahal pun memakan kurma (begitu pula kebiasan dan makanan orang arab mayoritas) dan bukankah sampai sekarang ketika berbuka kurma di sunnahkan?

jika unsur budaya yang dipermasalahkan, bukankah yang paling kental dari budaya adalah BAHASA? sehingga kita bisa tahu dari mana suku seseorang dari bahasa dan logat bicaranya. tapi sampai sekarang kita tidak mengubah bacaan solat kita dengan bahasa indonesia.kita tetap menggunakan bahasa arab (baca:bahasa budaya orang Arab).



yang lebih aneh lagi saya pikir adalah pernyataan seperti ini "Seandainya Nabi Muhammad lahir di jawa, tentu dia pake blangkon . . ." atau "Seandainya di Zaman Nabi Muhammad ada banyak pohon pisang, mungkin yang disunahkan dalam berbuka adalah pisang bukan kurma . . "

ungkapan-ungkapan semacam ini sungguh tidaklah layak dijadikan argumen atas sebuah hukum syari'at islam yang mulia dan terbimbing ini. tentu Allah SWT tidak salah dal khilaf dengan menurunkan(mengutus ) Nabi Muhammad SAW di tanah Arab, sekaligus semua yang berkaitan dengan kehidupan beliau. dan tidak perlu kita koreksi kebijakan Allah dengan pengandai-andaian seperti itu.



kita harus meyakini, apa-apa yang dilakukan rosululloh SAW, akan berbuah manis jika kita mengikutinya. Umar bin Khatab r.a ketika pergi ke makkah untuk ziarah (haji) sepeninggal Rosululloh SAW, ketika beliau mencium hajar aswad berkata "jikalau bukan karena sahabatku (Rosululloh SAW) tidak melakukan ini (mencium hajar aswad) maka sama sekali aku tidak akan melakukannya" hal ini menggamabrkan betapa cinta dan senangnya beliau mengikuti apa-apa yang dilakukan Rosululloh SAW, meskipun tidak beliau mengerti.

Ubaid al Muharibi meriwayatkan, bahwa Nabi SAW pernah menegurnya. "Angkatlah sarungmu, tidakkah engkau meneladanku?" (HR. At Tirmidzi dan Nasa'i) begitu perhatiannya Rosululloh SAW terhadap sahabatnya, sehingga ketika dalam ihwal berpakaian ketika berbeda pun beliau menegurnya dan mengingatkan.

Allah SWT berfirman, “…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” [Q.S. al-Hasyr (59): 7]



demikian curahan hati dan fikir yang teramat sederhana ini, mudah-mudahan Allah menambahkan kecintaan terhadap sunnah-sunnah Nabi Muhammad SAW kepada kita semua. Amin.

No comments:

Post a Comment