اَلْحَمْدُ ِللهِ مُبْتَدِعِ الْبَدَائِعِ. وَمُصْطَنِعِ الصَّنَائِعِ. وَشَارِعِ السُّنَنِ وَالشَّرَائِعِ. اَلَّذِى شَمُلَ إِحْسَانُهُ وَلُطْفُهُ.اشهد ان لااله إلاّالله ...رَبِّ اَدْخِلْنِى مُدْحَلَ صِدْقٍ ...الصّلوات على النّبيّ ص.م فَيَاعِبَادَاللهِ.أُصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَااللهِ. فَاتَّقُوااللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Tidak ada sesuatu pun yang layak dan pantas untuk disejajarkan dengan makom (kedudukan) dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dzat yang menguasai hari pembalasan, Dzat yang menggenggam seluruh urusan makhluknya, yaitu Allah SWT
Shalawat teriring salam senantiasa terlimpah curah kepada sosok pribadi yang memiliki budi pekerti tinggi, … lembut dan santun tutur katanya, … adil dan bijak kepribadiannya, … sosok yang menjadi panutan dan dirindukan oleh setiap pengikutnya ialah Rasulullah Muhammad Saw, kepada ahli keluarganya tercinta, para sahabat pendamping setia para khalifah para pewarits dan yang menjadi segenap umatnya.
Dinul Islam adalah merupakan konsep kepemimpinan; konsep keteraturan hidup; agama kedamaian, agama kemerdekaan, agama fithrah (suci) agama yang menawarkan dan menjanjikan konsep keselamatan hidup, agama yang dibangun berdasarkan ilmu Allah SWT yang memiliki nilai-nilai eksakta (nilai-nilai kepastian) dan bukan dibangun berdasarkan nilai-nilai yang abstrak, Sehingga kedudukannya tidak dapat disamakan dengan agama lainnya.
“(balasan kebaikan) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak penolong baginya selain dari Allah SWT”. Lihat: Q.S. an-Nisaa’ [4]: 123
Akan tetapi, disebabkan karena keterbatasan pemahaman umat manusia itu sendiri terutama dalam menelaah nilai-nilai ilmu agama yang bersumber dari al-Qur’an al-Kariim. Sehingga terjadilah perselisihan pandangan penafsiran yang menjadikan penyempitan dan pendangkalan pemahaman tentang makna Diin Islam itu sendiri. Diin islam dianggap sebagai dogma semata yang bernilai abstrak, Diin Islam dianggap sebagai bagian unsur dari budaya kerohanian. … tentunya ini tidak sesuai dengan fithrah din islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alaamiin.
Para pecinta Allah, pecinta Rasulullah dan yang menjadi khalifahnya … !
Pada kesempatan ini yang mulia dan berharga ini, kami ingin mengkonsentrasikan dan mengajak kepada hadirin untuk mengkaji dan mengevaluasi bersama tentang fenomena (kondisi) kehidupan saat ini yang semakin memprihatinkan. Musibah demi mushibah yang silih berganti tiada henti, kondisi alam yang tidak lagi menampakkan suasana harmonis dan dinamis.
Hadirin rahima kumullah …
Layak dan patut kita sadari, bahwa segala sesuatu dari sisi mushibah (bencana) yang menimpa diri kita, lingkungan kita, negeri kita, alam semesta ini. … itu disebabkan oleh perbuatan kita sendiri (umat manusia).
Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam sebahagian ayat, diantaranya;
“Apa saja ni'mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”. Lihat: Q.S. an-Nisaa’ [4]: 79
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali”. Lihat: Q.S. ar-Ruum, [30]: 41
Mushibah (bencana) secara garis besar, dapat dikategorikan ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu;
1. Bencana yang langsung disebabkan oleh perilaku manusia
Seperti halnya; Penjarahan dan Pembalakan (penggundulan) hutan secara liar sehingga mengakibatkan terjadinya tanah longsor, penggalian sumber daya alam yang berlebihan (ceroboh) tanpa menjaga dan memperhatikan kelestarian hak-hak alam, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem (suatu tatanan kehidupan) yang tidak ideal dan harmonis. Seperti halnya; semburan lumpur panas di beberapa titik rawan di negeri ini, contoh kasus adalah masalah Lumpur panas LAPINDO yang belum dapat diatasi, yang hanya menyisakan isak tangis, kelaparan, penderitaan bagi mereka pihak-pihak yang tidak berdosa.
2. Bencana yang tidak langsung disebabkan oleh tangan manusia
Faktor penyebab Bencana yang dimaksudkan adalah karena sebab ditimbulkan oleh pergeseran nilai-nilai keimanan mereka (manusia), nilai-nilai akidah mereka yang sudah tidak proporsional (menyimpang dari makom-makom yang sesungguhnya). Mengabaikan atas apa yang menjadi kebijakan Allah SWT dan dan yang menjadi para utusan-Nya. Tidak lagi mengindahkan akan norma-norma kebajikan yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan oleh setiap petugas-Nya
Karena sesungguhnya kekafiran itu disebabkan bukan hanya karena faktor tidak percaya akan Allah SWT semata, akan tetapi tidak percaya kepada yang menjadi utusan-Nya, menyelisihinya bahkan cenderung memusuhinya itupun termasuk dalam kategori kufur.
Sehingga menyebabkan timbulnya bencana yang jauh lebih dahsyat-hebat, belum terhapus dari ingatan kita, bagaimana peristiwa-bencana Tsunami yang menelan korban jiwa dengan bilangan angka yang cukup fantastis, kerugian materi, kerusakan sarana struktur dan infra struktur…… yang menyisakan kepedihan dan kepiluan, keputusasaan hati, trauma yang mendalam. Gempa Bumi yang terjadi dimana-mana meluluh lantahkan segala sesuatu yang menjadi kebanggaan manusia. Serta masih banyak bentuk-bentuk bencana lainnya.
Hadirin para pecinta Allah dan para Pecinta utusannya
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak kepada semuanya untuk membuka mata hati dan alam pikiran. … untuk menyikapi sisi kehidupan ini dengan sikap yang lurus dan bijak terutama mencari solusi bersama, agar supaya kita senantiasa berada dalam ridlo dan maghfiroh Allah SWT terjaga dan terpelihara dari setiap bentuk sikap amal perbuatan yang menyebabkan Allah SWT murka kepada kita, agar supaya kita terhindar dan terselamatkan dari setiap bentuk bencana–mushibah yang akan terjadi dipermukaan bumi ini.
Karena tidak menutup kemungkinan dan sangat mudah bagi Allah SWT, jika Allah SWT berkehendak untuk menjadikan bentuk-bentuk musibah lainnya … tidak ada satu kekuatan pun yang akan mampu untuk menghindari dan menolaknya. Naudzu Billah min dzaalik. Kita do’akan bersama semoga saudara-saudara kita yang meninggal disebabkan terkena–mendapati mushibah diterima setiap bentuk amal kebaikannya dan diampunkan setiap bentuk kesalahanya; dan mereka yang diselamatkan oleh Allah SWT semoga dapat diterima dengan hati yang bersih jiwa yang lapang dan sikap yang lurus.
Maka dipenghujung sisa umur ini, yang Allah SWT amanahkan kepada kita … marilah kita jadikan sebagai media untuk senantiasa memperbaiki akhlak, meluruskan akidah dan mempertebal serta memantapkan keimanan kita kepada Allah SWT. Senantiasa meluruskan niat maksud dan tujuan hidup di muka bumi ini, yang tiada lain adalah semata-mata untuk melaksanakan keta’atan ketundukan dan kepatuhan akan Allah SWT sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah SWT dan diserukan oleh para petugas–Nya.
Mari kita syukuri setiap bentuk limpah curah karunia – nikmat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita baik dari sisi Umur; perbendaharaan harta; kedudukan; keluarga agar supaya Allah SWT tambahkan nilai-nilai kebaikannya, dan mari kita sikapi sisi mushibah bencana yang Allah SWT tetapkan dengan sikap shabar penuh keridloan dan keikhlasan, mudah-mudahan menjadikan sebab Allah SWT hapuskan setiap bentuk khilaf alfa dan dosa-dosa kita serta ahli keluarga kita.
Sebagaimana Allah SWT informasikan dalam sebahagian ayatnya;
“Dan, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah kepadamu dan jika kamu mengingkari, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". Q.S. Ibrahiim [14]: 7
Tiada pilihan bagi kita, … untuk meraih kunci–kunci pintu keselamatan dan kebahagiaan dikehidupan muka bumi ini dan kehidupan negeri akhirat kelak, kecuali dengan menyatakan diri kembali kepada Allah SWT (Ruju Ila Allah Swt). Memperbaiki hubungan (ikatan) diri dengan Allah SWT lewat konsep Hablun Min Allah; menunaikan hak dan kewajiban sesama dengan senatiasa menjaga dan memelihara lisan serta amal perbuatan, menghormati dan memulyakan sesama lewat konsep Hablun Min Naas; dan yang ketiga adalah menjalin hubungan dengan alam semesta ini, menjaga serta memelihara kelestariannya, memperlakukannya dengan sebaik-baiknya… supaya dapat memberikan kemanfaatan dan kemashlahatan yang seluas-luasnya bagi kita dan generasi kita dikemudian hari.
Demikian, kiranya uraian ini bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.Amin.
No comments:
Post a Comment