Wednesday 4 January 2012

Terapi Sufi Melawan Korupsi

Pada tanggal 09 Desember nanti masyarakat dunia akan memperingati salah satu moment yang sangat urgent yakni hari anti korupsi sedunia. Hal ini tentu sangat diharapkan menjadi cambuk motivasi dan inspirasi bagi masyarakat dunia dan elemen bangsa Indonesia untuk bersama-sama saling membahu dan memperkokoh barisan dalam rangka memerangi penyakit korupsi.
Wabah penyakit korupsi telah lama menjalar sebagian masyarakat dunia tanpa mengenal status, ras, atau golongan, bangsa, Negara dan agama. Bahkan di Negara republik Indonesia yang notabene nya mayoritas masyarakat muslim (pemeluk agama Islam), tidak dapat menangkal secara optimal terhadap penyakit korupsi yang sudah mengakar dan seakan menjadi budaya turun temurun. Tentu hal ini, sangat ironis sekali dan harus segera diciptakan sebuah formula yang epektif untuk memberantas penyakit korupsi tersebut.
Langkah kongkrit dari kebijakan pemerintah secara objektif guna memberantas korupsi telah ditempuh dengan beberapa langkah, seperti; pertama, penyesuaian tunjangan gaji dan fasilitas penunjang yang layak; kedua, dibentuknya komisi pemberantasan korupsi (KPK) sebagai lembaga yang menangani dan memberantas segala bentuk tindakan korupsi; ketiga, pembinaan karakter manusia (human character building).
Eksistensi Al-Quran di tengah kehidupan manusia
Al-Quran mengandung ajaran yang bersifat universal, meliputi aspek; sosial, ekonomi, politik, pemerintahan, leadership, kesehatan, pendidikan, sejarah, saint, peribadahan dan lain sebagainya. Asfek-asfek dari kandungan alquran tersebut mengacu kepada tema central al quran, yakni ‘Memanusiakan Manusia’. Manusia dalam sebagian esensi Al-Quran diposisikan oleh Allah SWT dengan memangku jabatan tertinggi di planet bumi ini yakni sebagai ‘khalifah fi al ardli’. Artinya bahwa manusia mempunyai tugas dan peranan sebagai makhluk yang memimpin, mengatur, membimbing makhluk-makhluk yang ada dipermukaan bumi serta mengekplorasi potensi alam dengan baik dan benar, supaya terwujud sebuah tatanan kehidupan yang harmonis, dinamis, tentram dan bahagia baik antar sesama manusia dan alam semesta.     
Manusia Dalam Pandangan Sufi
Dalam referensi Ilmu Tasawuf bahwa manusia sering disebut dengan seruan ‘insan’, yang menunjukan bahwa manusia terdiri dari dua unsur yaitu; unsur jasmani (fisik) dan unsur ruhani (psikis). Dua unsure tersebut saling keterkaitan dan dapat mempengaruhi terhadap seluruh rangkaian aktivitasnya.
Adapun yang menjadi kajian Sufi adalah: Pertama, karena qalbu (ruhani) manusia mengandung unsure potensi ketuhanan, sehingga memiliki kecenderungan untuk senantiasa bersandar kepada nilai-nilai kebenaran (hak); kedua, Pada setiap zaman para ahli sufi selalu memfokuskan kepada objek kajian ruhani (qalbu) manusia, sebab semua tindakan manusia dipengaruhi atau didominasi oleh kondisi hati.     
Formulasi terapi Sufi
Dalam menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang memangku jabatan tertinggi di kehidupan muka bumi ini serta sekaligus sebagai terapi mujarab dari penyakit ruhani (qolbu), maka ada beberapa formula terapi yang diinterpretasikan oleh para sufi yang bersumber dari Al-Quran, yaitu;
Takhalli, proses pembersihan jiwa manusia dari penyakit-penyakit bathin, salah satu penyakit bathin yang cukup berbahaya bagi pertumbuhan dan pengembangan jiwa manusia adalah egoisme (keakuan diri), dampak buruk dari penyakit egoisme akan menyebabkan manusia tidak mengenal secara utuh baik terhadap dirinya dan pencipta-Nya; dan akan melahirkan penyakit-penyakit batin lainnya, seperti: arogansi, kesewenang-wenangan, keangkuhan, dan sebagainya.
maka jenis terapi yang dibutuhkan untuk membersihkan dan mengobati penyakit bathin adalah meliputi; mushasabah, artinya introspeksi diri secara rutin atau berkala sehingga para sufi dapat melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwanya; kemudian dilanjutkan ketahap berikutnya yakni mujahadah, maksudnya para sufi mengendalikan (memanage) pergerakan aktivitas qalbu (jiwanya). 
Tahalli, yakni mempercantik atau memperindah jiwa. Potensi-potensi ketuhanan yang menjadi modal dasar ruhani (jiwa) manusia digali dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya
Proses yang ditempuh dalam memperindah jiwa manusia, dapat diraih dan ditempuh melalui; dzikrullah, yakni menyebut dan mengingat Allah SWT baik dengan suara yang keras, samar, lembut bahkan dalam kajian sufi diperkenalkan konsep dzikir aktivitas (sir/rahasia), kapanpun dan dimanapun qolbu atau hati kita senantiasa mengingat dan mengagungkan Allah SWT.
Ketika sang sufi menyebut, mengingat dan mengagungkan nama-nama (asma) Allah SWT yang mulia beserta kalimat-kalimat yang agung, maka nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam asma Allah SWT tersebut akan bersenyawa (asimilasi) dan menghiasi jiwa (ruhani).   
Kemudian tahapan berikutnya dalam upaya mempercantik atau memperindah jiwa (tahalli), adalah dengan senantiasa membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. Bacaan shalawat yang dimaknai beserta meneladani prilaku kepribadian Nabi Muhammad Saw maka akan berimplikasi kepada pembacanya menjadi nilai kebaikan dan akan menghiasi terhadap jiwa (ruhani)nya yang berwujud akhlaqul karimah.
Tajalli, terbangunnya jalinan ikatan ruhani/jiwa manusia dengan sang khaliq (pencipta)
Maka dalam menempuh tahapan yang ketiga sebagai formulasi terapi dalam mengobati penyakit ruhani (qolbu) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu; muroqobah, suatu kondisi jiwa yang senantiasa merasa diawasi (monitoring) oleh sang pencipta, sehingga seseorang tidak akan sanggup dan berani melakukan hal-hal yang buruk dan negatif, bahkan senantiasa menjaga dan memelihara sikap lahir dan bathinnya; musyahadah, kondisi jiwa yang senantiasa merasakan dan menyaksikan keagungan atau kebesaran Allah SWT dibaik semua kebijakan-kebijakan dan ciptaan-Nya, seperti halnya; takdir yang diterima dan dijalani, baik-buruk, untung rugi dsb; makrifatullah, yakni pengenalan jiwa manusia yang mendalam dan menyeluruh kepada Allah SWT.      
Kesimpulan:
Dengan kondisi bahwa Korupsi telah membudaya dan mendarah daging di negara kita saat ini, maka upaya pemberantasan Korupsi tidak cukup hanya dilakukan oleh penegak hukum. Cara yang efektif untuk mengatasinya adalah dengan membangun sikap mental masyarakat, agar mereka selalu menghubungkan dirinya kepada Allah Yang Mengatur dan Mengawasi Kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment