Sekilas Tentang Bid'ah
oleh Akabonanza Muhibullah pada 09 Oktober 2010 jam 21:55
Assalamu'alaikum.
Saya akan kembali mencoba bercurah fikir dari kefakiran ilmu saya mengenai bid'ah.mudah-mudahan akan menjadi salah satu wasilah untuk saya khususnya dalam menambah dan merengkuh ilmu-ilmu Allah.
istilah bid'ah telah banyak di bahas, baik secara bahasa maupun istilah. namun, sampai sekarang masih saja
sebagian diantara kita mempermasalahkannya. untuk itu saya tidak akan membahas bid'ah secara bahasa maupun istilah. namun saya mencoba merenungkan sejarah awal dimana kita akan menemukan istilah bid'ah, sehingga diharapkan dapat direnungkan apa sesungguhnya subtansi dari bid'ah itu.pemahaman tentang bid'ah sejak dahulu senantiasa menimbulkan polemik dan tentu saja perbedaan. Kholifah pertama Abu Bakar sidiq r.a ketika diminta membukukan Al Quran dalam satu mushaf oleh Umar bin Khatab r.a menolak dengan tegas, karena menganggap pembukuan Al Quran dalam satu mushaf merupakan BID'AH yang tidak pernah tercetus di zaman Rosululloh SAW. baru pada zaman kholifah Usman bin Affan r.a Al Quran dibukukan dalam satu mushaf yang utuh, dan kemudian pada masa-masa selanjutnya dicetak secara masal, hingga kita bisa menikmati mushaf al-Quran sampai sekarang (meskipun Abu Bakar r.a awalnya menganggap BID'AH pembukuannya). (Lihat Fiqh Umar)
kemudian Umar bin Khatab pun mengakui bahwa sholat tarawih berjama'ah merupakan bid'ah, dengan pernyataan umar ketika melihat orang-orang solat tarawih berjama'ah ; "Ni'matul bid'ah hadzaa' karena di zaman Rosululooh SAW solat tarawih belum dianjurkan untuk diberjama'ahkan, bahkan merupakan solat malam/qiyamul lail semata. (Fiqh Umar)
dari beberapa pandangan di atas, garis besarnya adalah ; perbedaan di dalam umat mengenai hal-hal agama adalah wajar dan jangan disikapi dengan sikap yang menjurus kepada perpecahan. kebijaksanaan saydina Umar dalam menyikapi kehidupan umat yang makin komplek bisa kita jadikan rujukan, bahkan masih banyak lagi kebijakan-kebijakan Umar bin Khatab yang diterapkannya meskipun pada masa Rosululloh SAW tidak pernah ada. dan kita tetap meyakini bahwa beliau adalah sahabat yang dijamin dan dijanjikan surga oleh Rosululloh SAW.
betul, jika ada yang bertanya 'bukankah Umar dan Abu Bakar masih dalam masa kepemimpinan Islam?' tapi pengakuan kedua sahabat ini tentang beberapa tindakan mereka yang diakui bid'ah oleh mereka sendiri pun tidak bisa kita sanggah sebagai suatu fakta(namun jangan pula diartikan apalagi diselewengkan, bahwa tulisan ini menyatakan bahwa sahabat adalah ahli bid'ah, karena akan semakin memperkeruh suasana dan menjauhkan kebenaran dari kita). yang saya maksudkan adalah, bid'ah harus dilihat dari sudut pandang kemaslahatan. ketika ada suatu kebijakan baru yang tidak ada di zaman Rosululloh SAW, namun mengandung nilai kemaslahatan yang besar bagi umat terlebih dienul islam, maka hal itu adalah kebijakan yang legal dan tidak tertolak. Umar r.a mengumpulkan umat muslim dalam satu waktu dan terpimpin untuk melaksanakan solat tarawih adalah suatu kebijakan yang baik. meskipun, Umar r.a sendiri menyebut itu sebagai bid'ah. apakah Umar tidak memahami makna hadits Rosul mengenai segala bid'ah adalah tertolak?, tentu saja beliau lebih memahami maksud Rosululloh SAW dibandingkan kita yang serba kurang dan penuh kekhilafan ini. ketika ada sebagian ulama yang mengumpulkan umat islam untuk berdzikir dalam satu waktu dan terpimpin dalam suatu majlis, maka itupun suatu kebijakan yang hasanah/baik pula. terlebih saat ini keadaan umat terpecah-pecah dan tidak bisa kita pungkuri saat ini, sangat jarang orang melakukan dzikir dan lebih banyak disibukan oleh kehidupan duniawi.maka, alangkah baiknya jika minimal ada satu waktu yang kita tentukan untuk mengingat Allah SWT bersama-sama. apakah kita masih akan menganggapnya sesuatu yang tertolak?apakah orang-orang yang berdzikir ini bisa kita kategorikan dengan seenaknya sebagai ahli neraka?
Maka diperlukan telaa'ah dan kebijaksanaan yang luas dalam memahami setiap kebijakan dalam dien ini. ketika kita salah menjastis seseorang atau kelompok dengan ungkapan 'SESAT' maka hal itu akan kembali kepada kita sendiri sebagai akibatnya. sebagaimana Rosululloh menerangkan salah seorang yang tidak tergolong umatnya adalah yang menganggap muslim lainnya kafir(ingkar).
Saya kira perlu kerja keras dan semangat persatuan yang tinggi untuk menyikapi perbedaan-perbedaan dalam umat ini, saling memahami, saling toleransi, berbaik sangka, tidak mudah menyimpulkan terlebih saling menyesatkan adalah sikap-sikap yang hampir pupus dari hati umat islam saat ini. maka, dalam setiap kesempatan mari kita terus belajar dan mengikat erat tali silaturahim kita.Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan bimbingan-Nya dan dengan kasih sayang-Nya bersedia memaafkan setiap kekhilafan dan prasangka yang tidak diridoi-Nya. Amin
Semoga mengandung dan melahirkan manfaat.
Wassalam.
No comments:
Post a Comment